Sebuah thermistor dibuat dari bahan semikonduktor. Kelas transistor yang akan dibicarakan dalam artikel ini adalah mengenai transistor NPN silikon. Jenis transistor ini dikenal juga sebagai transistor bipolar (bipolar junction transistor), atau BJT. Kita tidak akan membahas alasan pemberian nama-nama ini, dan anda tidak perlu mengingat semua yang disebutkan cukup dengan ‘BJT’ saja. Transistor-transistor dari kelas BJT, yang diuraikan didalam topik ini, adalah yang paling umum digunakan. Jenis transistor lain yang sering digunakan atau dijumpai adalah kelas MOSFET. Semua transistor memiliki tiga buah terminal atau sambungan.
Transistor daya-rendah dibuat dengan kemasan dari bahan plastik atau
logam. Kemasan transistor yang terbuat dari plastik memiliki salah satu sisi
permukaan yang berbentuk datar, sedangkan yang terbuat dari logam memiliki
sebuah tonjolan (tag) pada pinggiran bawahnya (rim). Fitur-fitur ini
dimaksudkan untuk membantu pemakai mengidentifikasikan kaki-kaki terminal.
Apabila dilihat dari arah bawah, kaki-kaki transistor akan nampak sebagaimana
berikut ini, untuk sebagian besar (namun tidak semua ) transistor daya-rendah:
Simbol
yang diperlihatkan paling kanan pada gambar diatas digunakan untuk
merepresentasikan BJT didalam diagram-diagram rangkaian. Terminal-terminalnya
diberi label dengan huruf-huruf c, b, dan e, yang merupakan singkatan dari
kolektor (Collector), basis (base), dan emitor (emitter).
Cara kerja transistor
Untuk menggunakan sebuah BJT, kita harus menyambungkan sedimikian rupa sehingga :
- Terminal emitor BJT adalah terminal dengan polaritas paling negatif
- Terminal kolektor beberapa volt lebih positif dibandingkan terminal emitornya.
- Terminal basis lebih positif 0,7 V (atau sedikit lebih besar dari nilai ini ) daripada terminal emitornya.
Dengan kondisi-kondisi ini, kita dapatkan mengetahui bahwa :
- Arus yang relatif kecil mengalir menuju basis.
- Arus dengan nilai yang jauh lebih besar mengalir menuju kolektor.
- Arus basis dan arus kolektor mengalir keluar dari transistor melalui emitor.
Diagram
dibawah ini mengilustrasikan arah aliran ketiga arus diatas :
Arus
basis digambarkan dengan panah yang lebih tipis karena nilai arus ini jauh
lebih kecil dibandingkan arus kolektor dan arus emitor.
Saklar transistor
Percobaan
diatas memperlihatkan salah satu dari dua kegunaan terpenting transistor. Arus
basis yang sangat kecil dapat mesaklarkan arus kolektor yang berukuran jauh
lebih besar. Kita menyebutkan konfigurasi semacam ini sebagai saklar
transistor. Sebagai contoh, kita dapat menggunakan arus kecil yang mengalir
melewati sebuah sensor LDR untuk menyampaikan arus yang relatif lebih besar ke
sebuah lampu filamen.
Berikut
ini adalah rangkaian yang digunakan:
Bagian
sensor LDR diatas terdiri dari sebuah rangkaian pembagi tegangan yang dibentuk
oleh VR1 dan LDR. Sebuah resistor variabel digunakan agar penyambungan arus
dapat diatur oleh tingkat intensitas cahaya yang berbeda. Bagian saklar
transistor terdiri dari resistor R1 dan transistor Q1. R1 akan membatasi besarnya
arus yang diterima dari rangkaian pembagi tegangan. Arus yang menuju terminal
kolektor Q1 datang via lampu LP1, dan besarnya sekitar 60 mA.
Ketika
LDR berada dibawah penerangan ruangan yang normal, VR1 harus diatur sedemikian
rupa sehingga cahaya LDR padam. Ketika LDR ditempatkan dibawah bayang-bayang,
nilai tahanannya akan semakin bertambah. Hal ini akan mengakibatkan kenaikan
tegangan pada LDR. Kenaikan teganagan LDR akan menyebabkan kenaikan tegangan
pada wiper VR1. Arus yang lebih besar akan mengalir menuju terminal basis Q1.
Sebagai akibatnya, arus lebih besar juga akan mengalir melewati LP1 dan menuju terminal kolektor Q1. Lampu akan
menyala.
Cara kerja transistor
Komponen
pasif dan komponen aktif
Komponen-komponen
elektronika terbagi kedalam 2 jenis yaitu pasif dan aktif. Komponen-komponen
pasif tidak dapat mengakibatkan kenaikan daya listrik didalam rangkaian.
Contoh-contoh komponen semacam ini adalah resistor, kapasitor, dan induktor.
Resistor memiliki kemampuan untuk mengkonversikan energi listrik menjadi panas.
Induktor mampu mengkonversikan energi listrik menjadi gaya magnetik. Akan
tetapi, tidak satupun diantara kedua komponen ini yang mampu menimbulkan
penambahan daya didalam rangkaian. Komponen-komponen ini adalah komponen pasif.
Sebaliknya, sebuah transistor menerima input daya-rendah (arus kecil) dan
mengkonversikannya menjadi output daya-tinggi (arus besar). Transistor adalah
komponen aktif. Energi yang dibutuhkan oleh komponen-komponen aktif ini
diperoleh dari pasokan listrik ke rangkaian.
Perubahan-perubahan
arus dan tegangan
Percobaan
dibawah mengkaji secara lebih mendalam mengenai berbagai arus dan tegangan
didalam sebuah rangkaian saklar transistor.
Cara kerja transistor
Hasil
yang anda dapatkan dari percobaan diatas dapat memperlihatkan sedikit perbedaan
dari hasil yang ditampilkan disini, tergantung pada jenis transistor yang anda
gunakan. Dengan sebuah transistor tipikal, grafik arus kolektor versus arus
basis akan terlihat sebagaimana berikut ini :
Terdapat
sebuah hubungan linear (garis lurus) antara arus basis dengan arus basis dengan
arus kolektor. Dengan ini :
Arus
kolektor secara langsung berbanding lurus dengan arus basis.
Kita
dapat mengetahui satu hal lain yang cukup menarik dari kurva grafik ini. Kita
dapat menandai satu bagian dari kurva tersebut untuk mengukur perubahan arus basis. Bagian kurva yang
ditandai dimulai dari titik 20 µA sampai berakhir pada 30 µA. Kedua nilai ini
mengindikasikan perubahan sebesar 10 µA. Pada bagian kurva yang sama, arus
kolektor berubah dari 2,5 mA menjadi 3,5 mA, yang mengindikasikan perubahan
sebesar 1 mA (1000 µA). Dengan menyamakan satuan untuk semua nilai arus ini
menjadi mikroamp, kita dapat mengatakan bahwa perubahan sebesar 10 µA pada arus
basis akan mengakibatkan perubahan arus kolektor sebesar 1000 µA. Perubahan
arus kolektor 100 kali lebih besar dari perubahan arus basis. Merangkumkan hal
ini dalam bentuk kata-kata, kita dapat menyatakan bahwa :
Gain
(perolehan) arus yang dihasilkan transistor adalah 100.
Gain
arus ini biasanya disebut sebagai gain
arus sinyal kecil, dan besaran ini direpresentasikan dengan simbol hfe.
Grafik tegangan basis-emitor versus arus basis akan terlihat sebagai berikut :
Dengan
memperhatikan skala pada sumbu-y, kita dapat mengetahui bahwa tegangan antara
basis dan emitor dimulai pada nilai yang sedikit lebih kecil dari 0,7 V
dan berakhir pada 0,7 V. Sebagai
pendekatan, kita dapat mengatakan bahwa :
Tegangan basis-emitor
selalu mendekati 0,7 V.
Pada
kenyataannya, tegangan ini sama dengan satu kali nilai jatuh tegangan dioda,
karena proses yang terjadi diantara terminal basis dan terminal emitor adalah
setara dengan proses bias maju dioda. Tegangan kolektor dan emitor akan
mengalami perubahan sebagaimana berikut ini:
Seiring
dengan bertambahnya arus basis, arus kolektor juga bertambah besar, tegangan
pada resistor beban ini pun mengalami kenaikan (Hukum Ohm). Tegangan pada salah
satu ujung R3 bernilai konstan 10V, yaitu tegangan sumber. Tegangan pada ujung
lain resistor ini (ujung yang terhubung ke kolektor Q1) akan jatuh. Grafik memperlihatkan jatuhnya
nilai tegangan pada terminal kolektor Q1. Tegangan ini jatuh secara tetap
hingga nilainya hanya sedikit lebih besar dari nol. Pada titik ini, tegangan
tidak dapat jatuh lebih lagi karena kolektor hanya sedikit lebih positif dari
emitor, dan transistor tidak dapat bekerja apabila tegangan kolektor turun
dibawah nilai ini. Kita katakan bahwa transistor berada dalam keadaan saturasi atau jenuh. Kita dapat mengatakan bahwa transistor telah mencapai titik
terendahnya. Pada rangkaian ini, transistor mengalami saturasi ketika arus
basis bernilai sekitar 37 µA. Dari grafik arus kolektor vs arus basis, kita
dapat melihat bahwa ketika arus basis mencapai nilai ini, arus kolektor tidak
bergerak naik lebih jauh lagi (kurvanya mendatar). Arus kolektor tidak lagi
bertambah secara proposional (sebanding) terhadap pertambahan arus basis.
Rangkaian saklar
transistor
Rangkaian
saklar transistor memanfaatkan fitur terpenting dari sebuah transistor BJT-gain. Terdapat lebih dari satu definisi
untuk gain, namun disini kita akan menggunakan istilah lain untuk merujuk pada
gain arus sinyal kecil (small signal
current gain), hfe. Gain tidak memiliki satuan. Gain hanyalah sebuah
bilangan, karena besaran ini merupakan hasil dari pembagian arus dengan arus.
Gain sebuah transistor BJT yang tipikal adalah 100. Rangkaian dibawah ini
digunakan untuk memperlihatkan dan menjelaskan secara sederhana. Konsep gain
transistor:
Kesimpulannya:
- Pastikan bahwa tidak terdapat hubungan apapun antara A dan B.
- Sambungkan catu daya ke rangkaian. Dalam keadaan ini, LED seharusnya tidak menyala.
- Sentuhkan jari anda ke A dan B secara sekaligus untuk menjembatani celah diantara keduanya (namun jangan membuat kedua kontak ini bersentuhan satu sama lain).
- LED akan menyala. ! anda mungkin tidak dapat melihatnya namun jika anda berada diruang gelap maka cahaya tersebut mungkin akan terlihat.
- Perkiraan berapa besar arus yang mengalir melewati permukaan ujung jari anda.
Transistor daya
Transistor BJT daya rendah, semisal BC548, sangat cocok untuk digunakan sebagai saklar arus LED dan lampu-lampu filamen kecil. Jenis transistor ini memiliki rating arus kolektor hingga 100 mA. Banyak perangkat lainnya semisal motor-motor DC dan lampu-lampu yang lebih terang, membutuhkan arus yang jauh lebih besar dari nilai ini. Untuk menyambungkan arus pada level ini, kita membutuhkan transistot-transistor daya menengah atau daya tinggi.
Transistor BJT
daya-tinggi yang diperlihatkan dalam foto disebelah samping mampu melewatkan
arus hingga 10 A. Sebagaimana halnya semua transistor lainnya, transistor ini
memiliki tiga kaki terminal. Salah satu kendala yang dihadapi dengan listrik
daya tinggi adalah bahwa sebagian dari daya yang digunakan akan hilang sebagai
panas. Dengan arus sebesar berapa ampere, panas yang dihasilkan dapat menjadi
sedemikian besar hingga merusak BJT. Untuk menghindari terjadinya hal semacam
ini, kita harus memasang sebuah heat
sink (alat penghubung panas) pada tag
yang terdapat dibagian atas badan transistor. Piranti heat sink ini akan
membuang panas ke lingkungan sekitar. Sebuah heat sink dapat dibuat dari bahan
logam (biasanya alumunium) yang mampu mengalirkan panas ke lingkungan sekitar.
Sebagian besar heat sink dibuat dengan bentuk sirip-sirip tipis, sehingga
memungkinkan arus konveksi yang ada diudara menarik panas dari permukaan sirip.
Selain itu, heat sink pada umumnya diberi warna hitam legam agar dapat
meradiasikan panas secara efisien. Sebuah pasta yang terbuat dari bahan
konduktor khusus dilapisi pada permukaan heat sink yang bersentuhan langsung
dengan bagian tag. Akan tetapi, sebuah transistor pada umumnya tidak
membutuhkan heat sink ketika berada dalam keadaan yang sepenuhnya ‘mati’ (tidak
ada arus mengalir) atau sepenuhnya ‘hidup’ (saturasi). Ketika transistor
mengalami saturasi, tahanan listrik terhadap arus kolektor sangat kecil.
Tahanan yang sangat kecil ini hanya mengakibatkan timbulnya rugi-rugi daya
menjadi panas yang sangat sedikit.
Catatan
:
P=I2R.
Karena R bernilai sangat kecil, maka P juga sengat kecil.
Merancang sebuah saklar
Kita
membutuhkan rangkaian yang dapat menyalakan LED ketika cahaya dari lingkungan
sekitar mulai meredup. Rangkaian ini boleh jadi merupakan satu bagian dari
sebuah sistem keamanan, yang berfungsi untuk mendeteksi datangnya tamu tak
diundang. Diagram sistem untuk rangkaian ini memperlihatkan tiga bagian (atau
tahapan) yang tipikal:
Bagian sensor cahaya dapat berupa sebuah rangkaian pembagi tegangan, yang terdiri dari LDR dan sebuah resistor. Arus output dari sensor mengalir ke bagian saklar transistor yang tersambung ke sebuah resistor basis. Bagian ini berfungsi untuk menyambungkan arus ke sebuah LED dan ke sebuah resistor lainnya yang terhubung seri ke LED. Diagram rangkaian selengkapnya lihat digambar sebelah.
R1 dan LDR
(R2) disusun dalam konfigurasi yang sedemikian rupa sehingga tegangan pada
titik A akan naik ketika LDR menerima lebih sedikit cahaya. Sumber listrik yang
digunakan adalah PSU plug in 6V,
karena rangkaian akan bekerja siang-malam. Sensor yang digunakan adalah piranti
sensor populer tipe ORP12, yang
memang banyak tersedia pasaran.
sebuah
LED tipikal membutuhkan arus sebesar 20 mA dalam keadaan menyala. Sebuah
transistor daya-rendah semisal BC548 dapat menyambungkan arus hingga 100 mA,
dan oleh karenanya kita akan memilih tipe ini untuk transistor Q1. Ketika Q1
berada dalam keadaan saturasi, akan terdapat tegangan sebesar hampir 6 V pada
D1 dan R4. Jatuh tegangan maju pada dioda akan mencapai hampir 2 V, sehingga
kita membutuhkan jatuh tegangan sebesar 4V pada R4. Hukum Ohm menggariskan
bahwa tahanan R4 harus bernilai 4V
dibagi 20 mA, yaitu 200 W. Dengan menggunakan multimeter, kita dapat
mengetahui bahwa tahanan R2 dibawah cahaya yang redup (tingkat intensitas untuk
kondisi LED-HIDUP) adalah 1,3 kW. Untuk mengatifkan Q1, kita membutuhkan
tegangan lebih dari 1 V pada titik A. Sedikit perhitungan dan rujukan ke
nilai-nilai tahanan dalam seri E24 akan memperlihatkan bahwa apabila R1 adalah
3,9 kW, maka tegangan pada A adalah 1,5 V. Nilai tegangan ini memberikan cukup
ruang untuk toleransi resistor.
Ketika
Q1 berada dalam keadaan aktif (saturasi), tegangan pada A adalah 1,5 V
(sebagaimana perhitungan diatas) dan tegangan pada basis adalah 0,7 V. Jatuh
tegangan pada R3 adalah 0,8 V. Apabila gain Q1 adalah 100, arus basis yang
diperlukan adalah (20 mA) / 100, atau 200 mA. Dengan demikian, tahanan R3
haruslah bernilai sebesar 0,8 V dibagi dengan 200 mA, yang adalah 4 kW. Nilai E24
yang terdekat dengan tahanan ini adalah 3,9 kW. Berikut ini adalah diagram yang
memperlihatkan rancangan akhir dari rangkaian saklar transistor, yang
disertakan nilai-nilai kritis untuk tegangan dan arus.
Transistor efek medan
Komponen-komponen
ini lebih dikenal sebagai FET, yang
merupakan singkatan dari namanya (Field
Effects Transistor). Komponen-komponen ini adalah komponen jenis aktif, dan
dikelompokkan ke dalam beberapa tipe, antaranya adalah junction FET (JFET) yang dahulu sangat banyak digunakan. Dewasa
ini, beragam bentuk dan ukuran FET silikon oksida logam (metal oxide silicon FET). n-kanal (MOSFET n-kanal) sangat banyak
tersedia dipasaran dan, bersama dengan BJT, adalah tipe transistor yang paling
dominan digunakan. Saya hanya akan membahas MOSFET didalam artikel ini dan
merujuknya dengan istilah FET. Terdapat FET-FET untuk aplikasi-aplikasi daya
rendah, daya menengah, dan daya tinggi yang kesemuanya memiliki kesamaan yang
menyerupai BJT. Foto disebelah samping memperlihatkan sebuah FET daya-tinggi
yang tipikal. Bentuk kemasan FET ini sangat mirip dengan kemasan BJT daya
tinggi yang ditampilkan pada gambar disamping, namun foto ini memperlihatkan
sisi sebaliknya dari transistor yang bersangkutan.
Kita
dapat melihat bahwa tag logam yang
ada dibagian atas badan transistor memanjang ke bawah hingga menutupi sebagian
badan transistor. Ini menyebabkan daerah yang cukup besar pada badan transistor
terhubung langsung ke heat sink yang
terpasang pada tag. Ini juga berarti
bahwa bagian tag terhubung langsung
ke transistor sesungguhnya yang berada didalam piranti ini. Foto diatas juga
memperlihatkan bahwa FET memiliki 3 buah terminal. Terminal-terminak ini
dinamakan sebagai source (sumber), drain
(buangan), gate (gerbang). Ketiga terminal ini dapat
disetarakan dengan terminal-terminal emitor, kolektor, dan basis pada sebuah
BJT, namun terdapat beberapa perbedaan yang cukup penting. Perbedaan
terpenting, dari sudut pandang praktis, antara kedua kelompok ini adalah hampir
tidak ada arus yang mengalir menuju terminal gate sebuah FET. Pada penggunaan
normalnya, FET disambungkan didalam rangkaian dengan cara yang sama sebagaimana
halnya sebuah BJT. Terminal source adalah terminal yang paling negatif dan
terminal drain adalah yang paling positif. Ketika tegangan positif diberikan ke
terminal gate, arus, yang disebut sebagai arus
drain, akan mengalir masuk melewati terminal drain dan keluar melalui
terminal source. Pembahasan akan dikaji lebih dalam pada bagian berikutnya.
Cara kerja transistor
FET
dapat dipergunakan untuk membentuk sebuah rangkaian saklar transistor,
sebagaimana diperlihatkan pada gambar berikut ini:
Transistor
akan menyambungkan arus ke beban ketika suhu jatuh dibawah suatu titik yang
telah ditetapkan. Transistor diaktifkan oleh tegangan output dari bagian rangkaian pembagi tegangan.
Seiring dengan jatuhnya suhu, tahanan R2 akan bertambah besar. Ketika tegangan
pada R2 melebihi tegangan ambang FET,
transistor mulai bekerja. Nilai tegangan ambang FET cukup beragam, bergantung
pada jenis FET yang bersangkutan, namun pada umumnya berkisar antara 2V hingga
4V.
Ketika
tegangan ambang FET dilampui, penambahan tegangan selanjutnya dengan cepat akan
mengakibatkan transistor mengalami saturasi. Berikut ini adalah grafik untuk
arus drain (ID) yang melewati beban
100Ω vs tegangan gate-source (VGS):
Setelah melampaui teganga ambang FET (2V), kenaikan VCS akan mengakibatkan arus bertambah dengan sangat cepat.
Sekian artikel tentang Transistor, Silahkan baca artikel kami lainnya di peralatanelektromedik.com terima kasih sobat elektromedis yang sudah membaca artikel kami semoga bermanfaat.